Monday, 10 December 2012

Sepucuk Surat Sinisme



Hai, pengkhianat. Kelemahanku untuk tidak memikirkanmu memang kerap kali berhasil. Seseorang dikaruniani otak dan hati. Saling imbang untuk saling melengkapi. Otak dipakai teruntuk siapa saja yang mau ngotak. Termasuk orang yang kadar kecerdasannya tak cukup untuk mengerti soal kesetiaan. Miris. Hati, dipakai sebagai perasa. Buat merasakan dan merealisasikan jadi orang yang manusiawi. Bukan manusia yang berkelakukan tolol nan setani HAHAHA. 

Otakmu dimana? Tolong dipakai atau donorkan saja pada saya untuk diperiksa. Mungkin ada beberapa kelainan? Kalau Anda tak sudi berbagi otak dengan saya, saya sarankan Anda untuk membuangnya ke tempat yang tepat. Tempat sampah.

Seseorang  sewaktu-waktu akan selalu bisa berubah untuk beberapa alasan. Termasuk manusia yang memutuskan dirinya buat jadi pengikut setan nomor satu. Lah, adanya pengkhianatan diiringi dengan sederetan kebohongan, pengingkaran, kepengecutan, ah satu paket sempurna untuk seseorang yang pantas memiliki predikat “dibenci”.

Khalayak ramai bisa saja tak mengerti dan tidak tahu-menahu soal perilaku busukmu itu. Situ juga boleh saja menutupi semua hal busuk yang sederajat  sama bangkai binatangmu itu. Bebas, apapun yang elo lakuin itu bebas. Secara kita hidup di negara demokrasi yang bercondong sama perilaku liberalisme. LOL. Alasan apapun yang situ pakai boleh saja membenarkan diri sendiri. Tapi situ gak tau ada Tuhan yang selalu tau skenario sebenarnya. Situ gak mengukur apa yang situ lakuin tapi Tuhan selalu mengukur. 

Saya. Sebagai pihak yang tersakiti, terkhianati, terbohongi dan terpengecuti menyatakan diri bahwa caramu menyakiti, mengkhianati, membohongi dan mengecuti terlalu rendahan dan sorry, upay bangeet~
Jadi tolong ya untuk laen waktu situ kalau mau pisah sama orang baik-baik. Situ gak sadar kalo yang situ lakuin hari ini berdampak kehari-hari selanjutnya? Ah ciyan! Selamat menunggu atas penantian karma yang  saya jamin akan jauh lebih sakit dibanding rasa sakit yang telah Anda timpakan pada saya *handshake*
Maaf, saya sedang belajar gaya bahasa bermajaskan sindiran tepatnya, sinisme. Situ kesinggung? Problem ? *away*


No comments:

Post a Comment