“Kamu tau alasanku ingin
memilikimu?” Tami memberanikan diri untuk berbicara. Keadaan tetap membisu.
Satu menit, 2 menit, 3 menit begitupun seterusnya sampai ke 7
menit! Tak ada jawaban. Semua sama,
tetap dalam keheningan dibawah rata-rata. Hanya detik jam yang setia berdetak
mewakili kebisuan yang tak terungkap.
“Karna aku takut kehilanganmu” Tami menjawab sendiri pertanyaannya. Lalu ia
diam sejenak, berharap Irfan menanggapi kata-katanya. Namun yang terjadi
hanyalah keadaan yang semakin membeku. Tami menggeserkan posisi duduknya ke belakang,
menyender pada dinding yang terasa dingin. Tak ada pilihan lain Tami memutuskan
untuk bernarasi.
“ Aku pernah merasakan
kehilangan. Dan, percayalah itu sangat menyakitkan. Karna itu, aku tak ingin
merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya. Kamu.. belum pernah merasakannya,
kan?
Hey, akupun pengecut, sama
sepertimu. Tak siap dengan semua pengaruh keterikatan. Resiko memang selalu ada
dalam hal apapun termasuk mungkin, hubungan. Aku.. tak bisa seutuhnya mengerti kamu, maaf. Tapi apa kamu tahu, kamu sudah menjadi bagian
penting dari hidupku? Itulah alasannya, aku tak ingin kehilanganmu.
Terkadang aku memikirkan masa
depanmu. Entahlah aku selalu seperti itu dalam ‘hubungan’. Memikirkan masa
depan seseorang yang berarti bagi hidupku. Aku ingin aku dan kamu bersama dalam
cahaya paling terang yang menanti kita dimasa depan. Walau tanpa sebuah
hubungan khusus, tapi aku selalu menyediakan ruang khusus untukmu. Aku
harap kamupun sama, sama terhadap hal yang aku rasakan.”
Tami mengakhiri narasinya dengan
menghela nafas panjang. Keadaan tetap
hening sesaat. Namun perlahan Ifran mulai menggerakkan kepalanya ke arah Tami.
Ia menatap matanya dalam-dalam. Seperti sedang memaknai sesuatu. Selama
beberapa detik mereka saling memandang. Tatapan mereka yang saling bertemu
mewakili segalanya yang tak mampu diucap ataupun dijelaskan oleh kata demi
kata.
“Aku sayang kamu” Ucap Irfan
Mata Tami berkaca-kaca, terharu.
Perkataan yang baru saja terucap dari mulut Irfan benar-benar menyentuh hatinya
yang paling dalam. Tanggapan Irfan yang hanya terdiri dari 3 kata “aku sayang
kamu” membuat Tami terbisu sesaat. Seperti ada yang menahan berbicara. Dengan ucapan yang sedikit terbata-bata Tami menjawabnya.
“Aku juga sayang kamu”
Sesaat setelah itu, keadaan yang
tadinya dingin serasa lebih hangat dengan percakapan-percakapan yang terjalin
diantara mereka. Kebisuan yang tadinya terkubur kini telah terungkap. Diatas
perasaan yang mereka miliki, mereka tahu tak ada yang lebih bahagia selain
waktu bersama seperti ini. Mereka sadar dengan ikatan yang mereka miliki tanpa
sebuah hubungan khusus tak kan menghambat perjalanan mereka meraih masa depan.
Mereka sepakat untuk memantaskan diri dalam sisa-sisa waktu yang akan membawa
mereka ke pelaminan. Mereka akan bertemu untuk saling memiliki, yang
sebenar-benarnya memiliki. Saling mengikat janji untuk hidup bersama selamanya
dalam ikatan pernikahan. Dalam keadaan mapan dan sempurna dimasa depan.
No comments:
Post a Comment